Apr 132012
 
Facebooktwittermail
Berikut adalah rangkaian Langkah Proses Cara Ibu Melahirkan Bayi/ Persalinan Secara Normal. Meski kebanyakan wanita melahirkan saat kandungan mereka telah berusia antara 37 hingga 42 minggu, tidak pernah ada perkiraan pasti kapan awal proses melahirkan akan benar-benar terjadi. Jika ini kelahiran pertama, Anda akan sulit membedakan antara kontraksi Braxton Hiks atau yang dikenal dengan kontraksi palsu, dengan kontraksi sebenarnya. Tapi, jika kontraksi Anda semakin kuat, berlangsung lebih lama, dan semakin sering, kemungkinan besar tubuh Anda sedang memulai proses melahirkan.
.
Proses tersebut terkadang membutuhkan waktu cukup lama sampai akhirnya Anda siap mengejan untuk melahirkan bayi. “Banyak para calon ibu yang datang ke rumah sakit dan disarankan untuk pulang kembali karena yang mereka rasakan adalah kontraksi palsu,” ujar Dr. Tri Pratiwi Suci, SpOG.
.
Bahkan ketika dokter sudah meminta Anda untuk masuk ke dalam ruang bersalin, Anda tetap harus bersiap seandainya segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang Anda inginkan. Anda mungkin tidak bisa mendapatkan epidural seperti yang sudah Anda rencanakan sebelumnya, atau mungkin harus menjalani operasi cesar. “Yang perlu Anda ingat bahwa proses melahirkan tidak akan sama untuk setiap wanita, dan bahkan untuk setiap kehamilan Anda,” ujar Dr. Suci. Ini hal-hal yang perlu Anda ketahui:
.
Tahap 1: Pra lahir
.
Dokter kandungan mungkin sudah memberi tahu Anda, kapan saat yang tepat untuk berangkat ke rumah sakit ketika Anda merasakan kontraksi yang semakin kuat dengan interval yang semakin dekat, seperti setiap 8 atau 10 menit. Indikasi lain yang menunjukkan bahwa Anda siap melahirkan adalah peluruhan membran yang ditandai dengan pecahnya ketuban. Akan tetapi, tidak semua wanita mengalami ini saat akan melahirkan. Dan, yang perlu Anda kenali adalah kekuatan kontraksi yang terbagi dalam tiga fase:
.
Fase Laten (Awal)
Tanda-tanda: Kontraksi terjadi selama 30 hingga 60 detik. Umumnya, jarak antar kontraksi terjadi setiap 20 menit sekali kemudian semakin pendek, hingga setiap 5 menit. Untuk membedakannya dengan kontraksi Braxton Hiks, perhatikan apakah kontraksi tersebut tetap terasa meski Anda sudah berganti posisi, terasa semakin kuat, dan rasa sakitnya dimulai dari punggung belakang hingga perut bagian depan.
.
Durasi: Fase aktif umumnya berdurasi antara 6-8 jam untuk wanita yang baru pertama kali melahirkan, dan 2-5 jam untuk wanita yang sudah pernah melahirkan.
.
Agar lebih nyaman: “Apapun yang bisa membantu Anda untuk merasa lebih nyaman dan tenang,” ujar Dr. Suci. Berbaring, mandi, mengonsumi camilan, berjalan berkeliling ruangan, dan yang paling penting, menerapkan teknik pernapasan yang telah diajarkan di kelas senam hamil. Pada fase ini, gunakan tarikan napas pelan (slow paced-breathing) untuk membantu mengurangi rasa sakit saat kontraksi terjadi.
.
Fase Aktif
Tanda-tanda: Kontraksi terasa semakin intens dan berlangsung selama 45-60 detik dengan interval antara 3-5 menit sekali. Sebagian wanita merasakan nyeri di punggung bagian belakang, pinggul, dan juga kram pada kaki dan tungkai. Pada fase ini, biasanya Anda mulai tidak sanggup menahan sakit dan meminta diberikan penahan nyeri seperti epidural. Akan tetapi, meski Anda sudah menggunakan epidural, proses melahirkan juga bisa membuat Anda cepat emosi.
.
Durasi: Fase ini terjadi 3-6 jam untuk wanita yang baru pertama kali melahirkan, dan 1-3 jam untuk wanita yang sudah pernah melahirkan sebelumnya. Jika Anda diberi pitocin yang bisa mempercepat kontraksi, fase ini akan berlangsung lebih cepat. Tapi, jika Anda diberi epidural, fase ini bisa melambat sedikit.
.
Agar lebih nyaman: Pada fase ini, kemungkinan besar Anda sudah berada di ruang bersalin dan sudah ditemani suster atau bidan. Jika Anda diberi epidural, maka Anda akan berbaring di kasur sehingga tidak mungkin bisa banyak bergerak. Akan tetapi, akan terasa lebih baik jika Anda tetap berganti posisi tidur setiap setengah jam sekali. Jika Anda mampu bangkit dari kasur, coba berjalan naik turun tangga atau berjalan di tempat. “Gerakan ini memicu mulut rahim untuk membuka dan membantu bayi untuk memutar posisi kepalanya tepat pada mulut rahim,” ujar Dr. Suci. Jangan lupa untuk terus mempraktikkan teknik pernapasan dengan benar. Pada saat ini, suster akan memonitor kondisi detak jantung bayi Anda menggunakan stetoskop, mesin Doppler, atau alat monitor elektronik lain.
.
Fase Transisi
Tanda-tanda: Kontraksi akan semakin intens dan bisa bertahah 60-90 detik, dan terjadi dengan selang waktu hanya sekitar 1½ hingga 2 menit sekali. Anda mungkin akan merasakan tekanan pada panggul, vagina, dan anus. Sensasi terbakar, atau bahkan menggigil dan merasa kedinginan. Pusing, dan rasa ingin muntah juga bisa terjadi. Pada fase ini, adalah hal yang wajar jika Anda mulai merasa cemas menanti detik-detik melahirkan yang semakin dekat.
.
Durasi: Ini adalah fase yang paling pendek tapi juga paling intens. Umumnya berlangsung sekitar 10 menit hingga 2 jam.
.
Agar lebih nyaman: Tarik napas yang dalam dan fokuskan pikiran pada sesuatu hal yang menyenangkan. Pada fase ini, umumnya mulut rahim telah membuka 7-10 cm (yang menandakan bayi Anda sudah siap melewati saluran lahir). Jadi, ini saat yang tepat untuk benar-benar berkonsentrasi dan fokus daripada larut dalam rasa sakit yang membuat Anda kehilangan kendali.
.
Tahap 2: Mengejan
.
Ada wanita yang beruntung karena hanya cukup mengejan beberapa kali. Tapi, ada juga kebalikannya:
.
Yang terjadi: Bayi Anda bergerak turun sepanjang saluran melahirkan. Kontraksi akan tetap terasa kuat, terjadi selama sekitar 60 detik dengan jarak antara 3-5 menit. Anda akan merasakan dorongan yang sangat kuat untuk mengejan.
.
Durasi: 1-2 jam untuk kelahiran pertama, 15-30 menit untuk kelahiran kedua. Jika bayi Anda mengalami stres, atau sepertinya tidak juga turun dari saluran lahir, dokter mungkin akan melakukan prosedur operasi cesar atau menggunakan vacuum untuk membantu bayi keluar.
.
Agar lebih nyaman: Prosesnya sudah hampir selesai, jadi bertahanlah. Dengarkan dan ikuti panduan dokter yang membantu proses persalinan, kapan Anda harus menarik napas dan kapan waktu tepat untuk membuang napas sembari mengejan. Konsentrasi untuk mengejan saat kontraksi timbul untuk mendorong bayi lebih mudah meluncur di jalan lahir. Kehadiran suami akan sangat membantu memberi dukungan moral bagi Anda.
.
Tahap 3: Melahirkan Plasenta
.
Saat kepala bayi berhasil keluar dari mulut vagina, bagian tubuh bayi yang masih di dalam secara alami akan berputar dengan sendirinya. Kondisi ini memungkinkan bagian bahu dan seluruh tubuh bayi keluar. Kini, si bayi mungil sudah berada dalam dekapan Anda. “Meski bayi Anda sudah lahir, proses melahirkan belumlah tuntas,” ujar Dr. Suci. Kontraksi masih terus terjadi meski tidak sekuat sebelumnya. Anda masih harus ‘melahirkan’ plasenta yang selama 9 bulan lebih telah mensuplai oksigen dan nutrisi untuk janin Anda. Jika plasenta tidak dikeluarkan, bisa terjadi pendarahan hebat yang menyebabkan kematian.
.
Yang terjadi: Dalam hitungan menit setelah bayi Anda lahir, Anda akan kembali merasakan kontraksi. Ini akan membuat plasenta terlepas dari dinding rahim, dan Anda akan diminta mengejan bersamaan dengan datangnya kontraksi. Dokter akan menekan perut Anda, dan akan menarik perlahan tali pusar agar plasenta bisa keluar.
.
Durasi: 1-20 menit baik untuk wanita yang baru pertama kali melahirkan maupun untuk kelahiran anak berikutnya.
.
Langkah Proses Cara Ibu Melahirkan Bayi Persalinan Secara NormalAgar lebih nyaman: Bersabarlah, proses ini tidak akan lama dan bagi kebanyakan wanita tidak terasa sakit sama sekali. Kini seluruh tahap persalinan telah selesai dan Anda akan memulai kehidupan baru bersama si bayi mungil.
.
Apa itu kontraksi?
.
Sejak terjadinya kehamilan, mulut rahim secara alami akan tertutup oleh semacam lendir kental yang melindungi janin dari kuman dan menjaga kehamilan. Saat akan melahirkan, lendir yang menyumbat itu akan keluar dan mulut rahim akan membuka. Otot-otot rahim akan melakukan gerakan mengerut dan meregang untuk membuka mulut rahim. Gerakan inilah yang disebut kontraksi.
.
Mulut rahim yang semula hanya membuka sedikit, seiring dengan kontraksi yang semakin kuat, akan terus melunak dan terbuka semakin lebar. Pembukaan mulut rahim biasa dihitung dengan satuan sentimeter (cm). Diawali dari pembukaan satu hingga pembukaan 10 –berarti jalan lahir sudah terbuka 10 cm. Saat mencapai pembukaan 10 inilah pembukaan lengkap terjadi, dimana mulut rahim akan terlihat semakin datar dan menyatu dengan rahim bagian bawah. Setelah pembukaan lengkap, Anda baru diperbolehkan mengejan –saat terjadi kontraksi– untuk membantu bayi meluncur ke jalan lahir.
.
.
.
Facebooktwittermail
Jan 212012
 
Facebooktwittermail

Bagaimana sebaiknya tips cara dan Posisi Seks Hubungan Intim Suami-istri Saat Hamil yang ‘ideal’?
Ternyata memang pada Dasarnya boleh Kok Suami istri berhubungan selama hamil, cuma harus diketahui panduannya, berupa kapan waktu yang ideal, kapan sebaiknya dihindari, dan bagaimana cara yang baik, mari kita simak ya…
.
Waktu yang tepat 
.
MenurutDr. R. Muharam, Sp.OG dari Sam Marie Family Healthcare, waktu yang tepat untuk berhubungan seks sewaktu hamil yaitu setelah trimester pertama hingga usia 7 bulan. Pada waktu ini, ibu hamil sudah relaks dan lebih enakan. Pada trimester pertama kehamilan, sebaiknya Anda menunda hubungan seks terlebih dahulu. Pasalnya, hubungan seks di awal kehamilan mudah terjadi kontraksi. Ari-ari belum terbentuk sehingga dapat mengakibatkan keguguran bila tejadi kontraksi dahsyat.
.
Sedangkan pada usia kehamilan 7-9 bulan, frekuensi hubungan seks sebaiknya dikurangi sampai janin berusia 9 bulan karena sangat membahayakan janin. Pasalnya kontraksi bisa mengakibatkan pecah ketuban dan bayi dapat terinfeksi. Sementara bila bayi harus dilahirkan, paru-parunya belum matang. Waktu yang sangat membahayakan yaitu antara kehamilan usia 7-8 bulan, ujarnya.
.
Pada kehamilan berusia 9 bulan, bayi sudah siap untuk dilahirkan bila terjadi kontraksi sehingga air ketuban pecah. Pasalnya, paru-paru bayi sudah matang. Kalau bisa di atas 36 minggu, bila pecah ketuban, bayi lahir sudah aman karena telah mampu bernapas di luar tubuh ibu, katanya.
.
Posisi seks yang aman 
.
Banyak orang menganggap seks saat hamil sangat berbahaya terhadap janin karena penis, orgasme atau ejakulasi dianggap dapat mencederai bayi. Sebenarnya tidaklah demikian. Hubungan seks dengan pasangan pada saat hamil apalagi menjelang persalinan dilakukan dengan sangat relaks.
.
Posisi yang baik dalam berhubungan seks saat hamil, yaitu tidak menekan perut. Menurut Muharam posisi terbaik adalah setengah duduk. Posisi ini tidak menekan perut. Atau dapat pula Anda mengambil posisi suami berlutut dengan satu lutut untuk menahan berat badannya. Atau gaya lainnya, Anda dapat mengangkat kedua kaki ke atas. Bagi Anda berjiwa petualangan, posisi Dr. Ruth dan Dr. Amos dapat Anda coba, agar Anda nyaman saat bercinta.
.
Posisi Dr. Ruth dan Dr, Amos, yaitu wanita hamil berbaring telentang, meletakkan salah satu kaki atau keduanya pada bangku. Ini akan memungkinkan istri untuk bergerak bebas dan sedikit memiringkan tubuhnya ke kiri dan kanan untuk menambah kenikmatan. Pasangannya berlutut atauberdiri di antara kakinya, yang memungkinkannya untuk dengan mudah mencumbu klitoris dengan jari tangan dan anggota tubuh lainnya. Ketika pria melakukan penetrasi, tidak akan ada tekanan pada perut istri dan mereka berdua dapat bergerak. Anda dapat mencoba dan memodifikasi posisi ini agar hubungan seks lebih menyenangkan dan nyaman.
.
.
Harus hati-hati 
.
Muharam mengingatkan, hubungan seks harus dilakukan dengan nyaman agar jangan sampai terjadi kontraksi yang dahsyat untuk menghindari pecah ketuban. Pasalnya, ketuban pecah dapat menyebabkan infeksi ke tubuh janin. Itu yang repot, usaha boleh tapi higienisnya harus dijaga. Kalau sampai infeksi makanya begitu pecah ketuban harus konsultasi ke dokter. Karena golden periodenya, 6 jam, kalau lebih dari 6 jam, harus dikasih antibiotik. Bila tidak maka akan semakin banyak kumannya, jelasnya.
.
Masalah lain yang harus diwaspadai adalah tali pusat akan terjepit diantara bayi dan rahim. Akibatnya dapat terjadi gawat janin. Bayi menjadi sesak dan kehabisan oskigen karena oksigen tidak dapat masuk ke dalam tubuh bayi. Ada proses mengisap, bayi bisa menelan air ketuban ke paru-paru. Itu yang ditakutkan, tegas Muharam.
.
Beberapa kondisi yang Mutlak tidak Boleh Berhubungan Intim pada Wanita Hamil:
.
Pecah ketuban. Berhubungan intim pun dilarang ketika Anda mengalami pecah ketuban. Ditandai dengan adanya cairan yang merembes keluar melalui vagina. Ini menunjukkan, perlindungan janin ikut bocor, sehingga kuman mudah masuk, lalu menginfeksi janin. Pada kondisi ini, aktivitas seksual rentan sekali dengan invasi kuman dari area vagina ke dalam rahim.
.
Plasenta previa. Plasenta yang letaknya rendah atau di bawah menutup sebagian atau seluruh jalan lahir. Hubungan seks bisa memicu perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan janinnya. Jangankan berhubungan seks, tak berhubungan pun perdarahan sangat mungkin terjadi. Itulah mengapa, jika ada gangguan ini, hubungan seks dilarang dilakukan sampai dokter mengizinkan setelah sebelumnya melakukan pemeriksaan menyeluruh.
.
Rawan keguguran/persalinan prematur. Ada ibu yang kehamilannya sangat lemah, mudah keguguran, atau lahir prematur. Ada rangsangan sedikit saja, janin bisa gugur atau lahir prematur. Biasanya dialami ibu yang memiliki “rahim lemah” dengan riwayat keguguran dan persalinan prematur sebelumnya. Hindari berhubungan intim sampai dokter memberi “lampu hijau”.
.
Perdarahan per vaginam. Tanpa diketahui penyebabnya, kadang-kadang terjadi perdarahan. Sebaiknya tunda berhubungan intim sampai keadaan aman karena dikhawatirkan tengah terjadi proses keguguran. Anda harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera.
.
Serviks pendek/tipis. Beberapa perempuan memiliki serviks pendek atau tipis, kurang dari 2,5 cm. Penyebabnya hingga kini belum diketahui secara pasti. Namun yang jelas, hal ini sangat membahayakan kehamilan yang sewaktu-waktu bisa mengalami perdarahan atau keguguran. Jika di trimester kedua, tepatnya 16-20 minggu, panjang serviks kurang dari 2,5 cm, maka akan dilakukan “pengikatan” mulut rahim supaya bisa terus melangsungkan proses kehamilan.
.
Penyakit menular seksual (PMS). Jika suami mengidap penyakit menular seksual, seperti gonore, sifilis, atau bahkan HIV/AIDS, maka hubungan seksual sangat tidak dianjurkan. Risikonya sangat berbahaya, penyakit dapat menular ke ibu sehingga meningkatkan risiko keguguran atau lahir prematur, juga dapat menginfeksi janin dan dikhawatirkan terjadi kecacatan pertumbuhan.
.
Nah, jika pada Anda dan suami tidak terdapat hambatan seperti yang disebutkan barusan, maka jangan ragu untuk melakukan kesenangan intim. Malah, di hari-hari menjelang tanggal perkiraan persalinan, hubungan seks semakin dianjurkan bagi ibu yang akan melahirkan normal. Sperma ternyata membawa hormon prostaglandin yang dapat membantu Anda mengalami kontraksi teratur agar bayi dapat lahir pada waktunya.
.
.
.
Facebooktwittermail